Belakangan ini, Indonesia sedang menjadi primadona baru bagi investor China. Meskipun pada paruh pertama tahun 2025, jumlah investasi langsung dari daratan China ke Indonesia sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 3,6 miliar dolar AS, namun tetap menempati posisi ketiga sebagai negara sumber investasi asing di Indonesia, hanya setelah Singapura dan Hong Kong. Di balik tren ini, terdapat berbagai faktor yang mendorong.
Pertama, dukungan kebijakan pemerintah Indonesia sangat berperan penting. Mereka meluncurkan serangkaian langkah untuk menarik investasi asing, terutama dalam pengembangan industri hilir. Investasi dari investor China di bidang-bidang ini mencapai 12%, dengan total skala mencapai 280,8 triliun rupiah Indonesia. Selain itu, program "visa emas" yang diluncurkan Indonesia juga menarik perhatian beberapa investor China.
Kedua, potensi pasar besar Indonesia adalah salah satu sorotan. Sebagai ekonomi terbesar ketujuh di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 270 juta penduduk, memberikan ruang pasar konsumsi yang luas bagi investor China.
Selain itu, sumber daya alam yang kaya di Indonesia juga merupakan faktor penting yang menarik investasi dari China. Negara ini kaya akan nikel, tembaga, batubara, dan sumber daya lainnya, yang memiliki daya tarik besar bagi industri terkait di China. Misalnya, dalam industri peleburan nikel di Indonesia, perusahaan-perusahaan China telah melakukan investasi dalam skala besar, di mana Qingshan Holding dan Jiangsu Delong Nickel Industry bersama-sama menguasai lebih dari 70% kapasitas pemurnian nikel di Indonesia.
Perlu dicatat bahwa perusahaan-perusahaan China memilih untuk berinvestasi di Indonesia juga mempertimbangkan untuk menghindari tarif tinggi. Karena Amerika Serikat mengenakan tarif impor lebih dari 30% untuk produk-produk dari China, sementara tarif untuk barang serupa dari Indonesia hanya 19%, hal ini mendorong beberapa perusahaan China untuk memilih mendirikan pabrik di Indonesia.
Namun, banyaknya masuknya perusahaan-perusahaan China juga membawa beberapa dampak. Pada kuartal pertama 2025, harga lahan industri dan gudang di Indonesia meningkat 15%-25% dibandingkan tahun lalu, mencetak kenaikan terbesar dalam 20 tahun.
Secara keseluruhan, investasi China di Indonesia sedang beralih dari pengolahan mineral tradisional ke bidang yang lebih beragam. Perubahan pola investasi ini tidak hanya mencerminkan strategi globalisasi perusahaan-perusahaan China, tetapi juga mencerminkan peluang baru dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Di masa depan, seiring dengan semakin dalamnya kerjasama ekonomi antara kedua negara, kita mungkin akan melihat lebih banyak proyek investasi inovatif dan pola kerjasama yang muncul.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Belakangan ini, Indonesia sedang menjadi primadona baru bagi investor China. Meskipun pada paruh pertama tahun 2025, jumlah investasi langsung dari daratan China ke Indonesia sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 3,6 miliar dolar AS, namun tetap menempati posisi ketiga sebagai negara sumber investasi asing di Indonesia, hanya setelah Singapura dan Hong Kong. Di balik tren ini, terdapat berbagai faktor yang mendorong.
Pertama, dukungan kebijakan pemerintah Indonesia sangat berperan penting. Mereka meluncurkan serangkaian langkah untuk menarik investasi asing, terutama dalam pengembangan industri hilir. Investasi dari investor China di bidang-bidang ini mencapai 12%, dengan total skala mencapai 280,8 triliun rupiah Indonesia. Selain itu, program "visa emas" yang diluncurkan Indonesia juga menarik perhatian beberapa investor China.
Kedua, potensi pasar besar Indonesia adalah salah satu sorotan. Sebagai ekonomi terbesar ketujuh di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 270 juta penduduk, memberikan ruang pasar konsumsi yang luas bagi investor China.
Selain itu, sumber daya alam yang kaya di Indonesia juga merupakan faktor penting yang menarik investasi dari China. Negara ini kaya akan nikel, tembaga, batubara, dan sumber daya lainnya, yang memiliki daya tarik besar bagi industri terkait di China. Misalnya, dalam industri peleburan nikel di Indonesia, perusahaan-perusahaan China telah melakukan investasi dalam skala besar, di mana Qingshan Holding dan Jiangsu Delong Nickel Industry bersama-sama menguasai lebih dari 70% kapasitas pemurnian nikel di Indonesia.
Perlu dicatat bahwa perusahaan-perusahaan China memilih untuk berinvestasi di Indonesia juga mempertimbangkan untuk menghindari tarif tinggi. Karena Amerika Serikat mengenakan tarif impor lebih dari 30% untuk produk-produk dari China, sementara tarif untuk barang serupa dari Indonesia hanya 19%, hal ini mendorong beberapa perusahaan China untuk memilih mendirikan pabrik di Indonesia.
Namun, banyaknya masuknya perusahaan-perusahaan China juga membawa beberapa dampak. Pada kuartal pertama 2025, harga lahan industri dan gudang di Indonesia meningkat 15%-25% dibandingkan tahun lalu, mencetak kenaikan terbesar dalam 20 tahun.
Secara keseluruhan, investasi China di Indonesia sedang beralih dari pengolahan mineral tradisional ke bidang yang lebih beragam. Perubahan pola investasi ini tidak hanya mencerminkan strategi globalisasi perusahaan-perusahaan China, tetapi juga mencerminkan peluang baru dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Di masa depan, seiring dengan semakin dalamnya kerjasama ekonomi antara kedua negara, kita mungkin akan melihat lebih banyak proyek investasi inovatif dan pola kerjasama yang muncul.